Bacaan: Filipi 3:1-11
Saat menjadi
pembunuh kelas atas, Saulus alias Rasul Paulus tentu mendapatkan banyak
keuntungan. Selain mendapat upah besar, disegani ia tentu menjadi kesayangan
pejabat negara karena setiap tugas untuk membunuh orang percaya bisa ia
selesaikan dengan baik. Pejabat Roma suka pembunuhan, maka Paulus sanggup melakukannya.
Pejabat Roma suka penyiksaan, Paulus sanggup melakukannya. Namun ketika matanya
di bukakan oleh Tuhan, Paulus menyadari bahwa apa yang ia lakukan sama sekali
tidak menguntungkan namun merugikan dirinya sendiri. Saat membunuh ia berhutang
darah dan nyawa. Upahnya di sorga dihapuskan. Tempatnya di sorga ditiadakan. Keselamatanya
dicabut, neraka jadi penjara seumur hidup baginya.
Pertanyaannya
sekarang, apakah mata kita udah dibukakan dan bisa melihat dengan benar? Apa
kita masih melihat ketidakjujuuran sebagai perbuatan cerdik? Bohong sebagai
tindakan pembelaan diri? Kikir sebagai tindakan hemat?dan seterusnya. Saat kita
tidak membayar persepluhan atau setengahnya saja kita menganggap itu sebagai
kebijakan finansial. Saat kita tidak berdoa dan membaca firman hal itu kita
anggap hikmat karena badan lelah dan banyak kerjaan maka lebih baik jaga badan
dan selesaikan pekkerjaan itu lebih penting. Jika semua perbuatan yang tidak
benar kita anggap sebagai kuntungan maka iblis berhasil menguasai pola pikir
kita tentang “keuntungan” yang sebenarnya di dalam tuhan.
Lihat
dengan jelas, dengan mata rohani kita bahwa apa yang dianggap dunia
menguntungkan tidak semua menjadi keuntungan bagi rohani kita.
0 komentar: